BILQIS
SANG MOTIVATOR
Assalamu’alaykum Warohmatullohi Wabarokaatu
Kisahnya amat sederhana, tetapi sangat bermanfaat dan
sangat berkesan untukku.
Berawal pada tanggal 26 Mei 2012 ketika
itu adalah pengumuman kelulusan untuk tingkat SMA dan ba’da maghrib aku
ditelepon oleh guru BP SMA N KEBAKKRAMAT bahwa pengumuman undangan juga hari
itu, dan aku diterima di Universitas Sebelas Maret. Sungguh sangat membanggakan
ketika aku diterima di Universitas kebanggaan ini lewat jalur undangan tanpa
test, kedua orangtuaku sangat bahagia walaupun aku diterima di prodi yang bukan
favoritku, tapi apa aku bisa menghancurkan kebahagiaan orangtuaku? Jawabannya
tentu TIDAK.
TIDAK karena belum tentu jika aku melepas ini dan
diterima di prodi favoritku,aku juga yakin bahwa kemampuanku tidaklah
seberapa,karena aku bukan orang pandai.
TIDAK karena banyak yang akan terluka jika aku melepaskan
kerja keras guru-guru BP di SMA ku dulu,
TIDAK karena banyak perenungan yang telah aku
jalani,banyak sharing-sharing dengan teman-teman dan sahabat-sahabatku,dan
mereka semua menyemangati dan menyadarkan aku bahwa aku di SINI atas ridho
ALLOH SWT, inilah yang ditakdirkan Alloh untuk orang sepertiku.
Walaupun
telah sadar tetapi sepertinya ada yang
tidak ikhlas dalam hatiku entah apa itu, apalagi setelah menyadari bahwa
lingkungan tempatku menggali ilmu kebanyakan adalah ikhwan dengan latar
belakang SMK atau STM.
Tidak ada
yang terlintas dalam fikiranku kecuali kemakluman terhadap segala apa-apa yang
ada dalam prodi tempatku menaung sekarang. Sampai pada suatu masa ketika
mahasiswa FKIP dikumpulkan dalam satu ruangan yang megah di gedung F Fakultas
FKIP, atau disebut juga gedung ungu. Saat itu aku berfikir bahwa kegiatan itu
hanya sebatas promosi, tapi disana ternyata di perkenalkan apa itu AAI (Asistensi
Agama Islam), apa kerjanya, apa saja kegiatannya ,seberapa pentingnya, dan lain
sebagainya.
Dalam
benakku aku menganggap itu media yang bagus karena sejak duduk dikelas XII SMA,
memang menjadi target awal untuk memperdalam pengetahuanku tentang Islam, walaupun
masih ada forum-forum dan unit kegiatan beralas islam lainnya.
Seketika itu, ternyata sudah dibagi
kelompok dan asistennya masing-masing, aku sedikit kecewa karena kelompokku
tidak seperti yang aku harapkan, aku bersama teman-teman satu prodi tetapi
tidak ada yang membuatku nyaman saat bersama mereka.
Aku berusaha
pindah kelompok, dan meminta ijin dengan kakak-kakak asisten yang ada disitu, tetapi
saat itu aku agak kesal karena waktu perama kali aku bertanya kepada kakak
asisten dibagian presensi prodi PTM 2012, kakak asistennya agak judes dan
kurang ramah, saat itu timbul mainset dalam fikiranku bahwa kakak asisten itu agak
judes, tanpa sebab tertentu dia langsung meninggalkan meja tempatku bertanya
tanpa pamit ato sepatah kata apapun kecuali “TIDAK BOLEH”. Aku masih tercengang
dengan sikap kakak asisten itu, aku berfikir “apakah aku bertanya dengan tidak
sopan sehingga kakak asisten bersikap seperti itu?”. Aku tetap menunggu di meja
presensi itu dengan penuh pertanyaan dalam fikiranku.
Lalu
muncul kakak asisten lainnya dari meja disamping kiriku, beliau murah senyum
dan menyapaku dengan ramah, kalau tidak salah beliau berkata “ ada yang bisa kakak bantu adek?”
Tanpa hitungan menit langsung
mengubah kesan pertamaku tadi, dalam batinku berkata “ walau tidak secantik
kakak yang tadi, walau tidak seindahan jika dipandang mata tetapi sikap dan
senyuman akan menumbuhkan rasa aman.”
Lalu aku bertanya apakah aku bisa
pindah kelompok ke kelompok yang lain?
Kakak itu menjawab dengan murah
senyum “adek namanya siapa?”
Dan kemudian aku menjawab “RIRIN
ROHWA WIJAYANTI mbak dari PTM 2012”
Lalu kakak itu berkata “oh adek ada
diurutan paling atas tho? Wah tidak bisa itu dhek”
Lalu aku menjawab “kenapa tidak
bisa mbak?”
Tetapi kali ini tidak dijelaskan
namun mbak asisten justru bertanya “lha kenapa ingin pindah dhek?”
Lalu aku menjawab dengan ringan “aku
akan terasa kurang nyaman jika bersama dengan kelompok itu”
Lalu kakaknya menjawab “ nggak papa
dhek justru adek akan dituntut disini, ini kesempatan bagus buat adek untuk
bersosialisasi dengan teman adek satu kelompok, dan kelompok lainnya di prodi
adek.”
“Subhanalloh kakak ini perkataannya
sangat menenangkan hati”,begitu gumamku
dalam hati. Kemudian aku pergi sambil berpamitan dan mengucapkan terima kasih.
Walau
sedikit kecewa tetapi aku merasa sedikit senang bisa bertemu dengan kakak
asisten yang kedua tadi dan aku berharap
akan berjumpa lagi dengan kakak itu.
Lalu
dengan berjalannya waktu AAI perdana pun dilaksanakan, dikampus ku yang rindang
didalam mushola kecil yang rapuh halaqoh AAI berlangsung, saat itu dirapatkan tentang
struktur organisasi AAI dari kelompok kami dan saat itu saya dipilih untuk
menjadi ketua kelompok AAI. Sungguh saat itu saya sedikit terkejut karena saya
belum pernah memimpin suatu organisasi kecuali dulu waktu SMA ditunjuk sebagai
wakil ketua di kelas. Kemudian dibentuk bendahara sekertaris dan pembagian
tugas untuk pengisian tausiyah. Saat itu juga dimusyawarahkan tentang nama AAI
kami, dan nama AAI kami adalah “BILQIS” yang beranggotakan 9 orang. Berdasarkan
kesepakatan bersama AAI BILQIS dilaksanakan setiap hari Selasa pagi jam 08.00
WIB sampai jam 09.30 WIB.
Karena mushola PTK tidak mendukung,
maka AAI kami diselenggarakan di masjid NURUL HALIMAH di R.S SOEHARSO atau
lebih dikenal dengan Rumah Sakit ORTHOPEDI.
Setiap pertemuan urut-urutan acara
kami adalah
1.
Pembukaan
2. Tilawah
Al-Qur’an
3. Tausiyah
dari teman-teman BILQIS
4. Materi AAI
yang disampaikan oleh kakak asisten kami yaitu kakak Wahdatun Ni’mah dari
pendidikan ekonomi Universitas Sebelas Maret.
5. Tanya jawab
6. Penutup
Walaupun singkat tetapi banyak ilmu yang kami dapatkan
dari kegiatan AAI tersebut baik yang telah kami ketahui maupun belum. Kami juga
pernah mengadakan AAI di Taman Balai Kambang, pada saat itu adalah moment sangat
menyenangkan karena selain ilmu kami juga dapat menyegarkan fikiran. Ada
kegiatan outbound yang walaupun sangat sederhana tetapi sangat seru. Kerjasama,
kekompakan, kekuatan, tekat, semangat, dan
ketulusan membuat kami menang dalam outbound itu. Saat itulah aku mulai sadar
bahwa kebahagiaan kita tidak hanya didapat dari apa-apa yang kita inginkan,
tetapi dalam lingkungan yang tidak kita inginkan dan walaupun terkesan asing
bagi kita tapi akan terasa menyenangkan jika kita menjalin kerjasama dan
komunikasi yang baik dengan penghuninya.
Kegiatan AAI mengajariku bagaimana
mengenal Alloh dan apa saja yang ada dalam islam. AAI menumbuhkan azzam dalam
diriku untuk lebih mengenal Islam secara kaffah.
Tanpa AAI aku mungkin masih bimbang
dengan pilihan hidup yang aku jalani. Dan dengan AAI akan menjadikan
kekerabatan diantara akhwat-akhwat PTM 2012 akan semakin erat.
AAI memberiku motivasi bahwa apa
yang Alloh berikan kepada kita adalah yang terbaik menurut Alloh SWT, walaupun
tidak seperti yang kita harapkan.
Wassalamu’alaykum
Warohmatullohi Wabarokaatu
Jazakumulloh khoiron katsiron AAI
dan kakak-kakak AAI.
0 komentar:
Posting Komentar
masukan dari pembaca sangat saya harapkan..
silahkan comment :)