A. Latar Belakang
Menentukan media yang tepat dalam pembelajaran adalah hal yang paling penting dalam sebuah kegiatan belajar. Berbagai macam jenis dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar. Utamanya dalam pembelajaran pada bidang ketektikan, banyak materi yang tidak dapat dijelaskan hanya dengan menggunakan kata-kata. Materi-materi seperti gerakan torak pada konsentrasi otomotif atau proses gerakan makan dari pahat mesin bubut, jika hanya disampaikan melalui metode ceramah maka akan sangat tidak efektif. Tingkat pemahaman dari siswa itu sendiri nantinya pun juga kurang baik, sehingga agar memudahkan pengajar dalam menyampaikan materi dan memudahkan pemahaman para peserta didik diperlukan media yang tepat yang sesuai dengan materi yang diajarkan.
Media yang dipilih juga harus sesuai dengan dinamika perkembangan jaman, sehingga dapat menarik perhatian dan minat dari peserta didik. Salah satu media yang digunakan dalam membantu penyampaian materi oleh pengajar adalah dengan metode audio visual.
Pada kesempatan ini, kelompok kami mengambil media film dengan suara berdasarkan taksonomi menurut fungsi beberapa jenis media dari Gagne (R.M. Gagne, The Condition of Learning, 1965).
Setiap orang pasti mengenal dengan baik yang namanya “film”. Bahkan banyak orang yang telah menonton film baik di rumah, bioskop, maupun di komputer. Ketika menonton film maka audience membiarkan fikirannya dikuasai oleh drama pendek tersebut tanpa harus bersusah payah mengingat pesan yang disampaikan, karena sejatinya otak kanan lebih mudah mengingat dalam bentuk gambar dari pada wujud huruf atau angka dan ingatannya berjangka cukup lama.
Pada hasil diskusi ini akan dikupas mengenai film dengan suara yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Dalam Yudhi Munandi (2013:116) film adalah alat komunikasi yang sangat membantu proses pembelajaran yang efetif.
BAB II
LANDASAN TEORI
Film suara adalah film dengan suara tersinkronisasi, atau suara yang dicocokkan dengan gambar. Bertolak belakang dari film bisu, film bersuara diproduksi dengan dialog dan rekaman suara. Pertunjukan film suara pertama untuk umum dilangsungkan di Paris pada tahun 1900, namun perlu berpuluh-puluhan tahun kemudian hingga film suara dapat dikomersialisasi. Sinkronisasi yang dapat diandalkan sulit dicapai dengan sistem awal suara pada pelat, sementara amplifikasi dan kualitas rekaman juga tidak memadai. Inovasi dalam suara pada film memungkinkan pemutaran komersial film pendek yang menggunakan teknologi ini pada tahun 1923.( http://id.wikipedia.org)
Segala hal yang dipandang dengan mata dan didengar oleh telinga lebih mudah dan lebih cepat diingat dari pada dibaca atau hanya didengar saja. Manfaat dan kharakteristik lainnya dari film adalah meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran, diantaranya adalah:
a. Mengatasi keterbatasan jarak dan waktu
b. Mampu menggambarkan peristiwa-peristiwa masa lalu secara realistis dalam waktu yang singkat.
c. Film dapat menmbawa anak dari negara yang satu ke negara yang lain dan dari masa yang satu ke masa yang lain.
d. Film dapat diulangi bila perlu untuk menambah kejelasan.
e. Pesan yang disampaikannya cepat dan mudah diingat
f. Mengembangkan pikiran dan pendapata para siswa
g. Mengembangkan imajinasi peserta didik
h. Memperjelas hal-hal yang abstrak dan dapat memberikan gambaran yang lebih realistik
i. Sangat kuat memengaruhi emosi seseorang
j. Film sangat baik memperjelas suatu proses dan dapat menjelaskan suatu keterampilan, dll
k. Semua peserta didik dapat belajar dari film, baik yang pandai maupun yang kurang pandai.
l. Menumbuhkan minat dan motivasi belajar.
Namun selain kelebihan-kelebihan diatas juga terdapat kelemahan-kelemahan pada film tersebut, diantaranya yaitu :
a. Media film terlalu menekankan pentingnya materi ketimbang proses pengembangan materi tersebut.
b. Masih sedikit pengguna media film di negara Indonesia
c. Biaya yang diperlukan tinggi
Menurut Omar Hamalik yang dikutip Asnawir (2002,98) dalam Yudhi Munandi (2013: 117) mengemukakan bahwa film yang baik memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a. Dapat menarik minat siswa
b. Benar dan autentik
c. Up to date dalam setting, pakaian, dan lingkungan
d. Sesuai dengan tingkatan kematangan audience
e. Perbendaharaan bahasa yang dipergunakan secara benar
f. Kesatuan dan sequence-nya cukup teratur
g. Teknis yang dipergunakan cukup memenuhi persyaratan dan cukup memuaskan.
Dalam Yudhi Munandi (2013: 117) dituliskan jenis-jenis film untuk konteks pembelajaran diantaranya yaitu :
a. Film Dokumenter yaitu film yang menampilkan rekaman penting dan bersejarah pada kehidupan manusia.
b. Docudrama yaitu film yang diangkat dari kisah-kisah nyata namun waktu pembuatan dan adegannya berbeda dengan kejadian atau kisahnya yang asli.
c. Film drama dan semidrama yaitu film yang melukiskan tentang hubungan-hubungan manusia, nilai-nilai kehidupan manusia, maupun kehidupan sehari-hari yang diramu menjadi sebuah film.
BAB III
HASIL DISKUSI
Tanpa menyebutkan jenis dari masing-masing medianya, Gagne membuat 7 macam pengelompokan media. Ketujuh kelompok media ini kemudian dikaitkan dengan kemampuan memenuhi fungsi menurut tingkatan hirearki belajar yang dikembangkannya yaitu pelontar stimulus belajar, penarik minat belajar, contoh perilaku belajar, memberi kondisi eksternal, menuntun cara berfikir, memasukkan alih-ilmu, menilai prestasi, dan meberi umpan balik.
Menurut Gagne media pembelajaran dibagi menjadi 7 yaitu:
a. Demonstrasi,
b. Penyampaian lisan,
c. Media cetak,
d. Gambar diam,
e. Gambar gerak,
f. Film dan suara, dan
g. Mesin pembelajaran.
Pembagian diatas berdasarkan fungsinya yaitu :
a. Stimulus,
b. Pengarahan perhatian/kegiatan,
c. Contoh kemampuan terbatas yang diharapkan,
d. Isyarat eksternal,
e. Tuntunan cara berfikir,
f. Alih kemampuan,
g. Penilaian hasil,
h. Umpan balik,
Berikut hasil diskusi kelompok mengenai media film dengan suara menurut Gagne. Dalam taksonomi menurut fungsi Pembelajaran beberapa jenis media dari Gagne (R.M. Gagne, The Conditions of Learning, 1965) kelompok kami memilih salah satu media pembelajaran yaitu film dengan suara atau Video Sebagai Media Pembelajaran.
Fungsi dari media ini adalah :
1. Stimulus
Media Film dengan suara menstimulus peserta didik dalam pembelajaran. Stimulus adalah hal – hal yang merangsang terjadinya kegiatan belajar, seperti pikiran, perasaan dan lain – lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Edward Lee Thorndike, menemukan teori Stimulus dan Respon setelah melakukan percobaan, yang dinamakan trial and error (Mencoba dan kegagalan) percobaan yang terkenal adalah percobaan yang dilakukan pada seekor kucing yang dimasukkan dalam sebuah kurungan yang disebut problem box.
Dengan menggunakan media video dalam proses pembelajaran dapat menstimulasi proses perkembangan peserta didik melalui alat indera penglihatan dan pendengaran. Yusuf (1997) menyatakan bahwa video/film mempunyai kelebihan dari manipulasi masa, dimana guru dapat melakukan perubahan kepada masa dengan menggunakan teknik-teknik seperti gerak perlahan , gerak cepat, bingkai demi bingkai, penyerapan dan ulang tayang. Video turut memampatkan, mempercepat atau meregangkan masa dengan teknik-teknik seperti penyerapan, pemfokussan atau digelapkan dan sebagainya. dalam realitas kehidupan banyak perkara yang memakan masa yang agak lama seperti pembangunan jembatan, penghasilan sebuah kereta atau proses percambahan biji hingga jadi pohon. Melalui video/film, perkembangan dapat ditunjukkan dan para siswa dapat mempelajari tentang proses-proses tersebut dalam waktu yang singkat.
Fideo film juga dapat meningkatkan berbagai kemahiran dan pengalaman belajar. Penggunaan video/film dapat meningkatkan kemampuan literasi visual pelajar, dimana mereka dapat menginterpretasi simbol-simbol visual secara tepat dan pelajar berinteraksi dan memberi respons selaras dengan pesan-pesan yang diperoleh mereka. Balakhrisman (1994) mengatakan dari berbagai jenis sumber bahan pelajaran, umumnya video film mempunyai kesan yang lebih tinggi untuk pembelajaran yang berkaitan dengan fakta. Abdul malik (1995) juga berpendapat melalui penggunaan video film, pelajar bisa memperoleh berbagai pengalaman serta menarik minat mereka dan menjadikan pembelajaran menyenangkan. Video film juga bisa digunakan untuk mengukuhkan strategi pengajaran yang digunakan guru .
2. Pengarahan perhatian atau Kegiatan
Dalam hal ini film dengan suara atau video sebagai media dalam proses pembelajaran fungsinya berkaitan dengan kegiatan, sikap atau afektif. Pada ranah ini, video dapat memperkuat siswa dalam merasakan unsur emosi dan penyikapan dari pembelajaran yang efektif. Hal ini tidak dapat dilepaskan dari potensi emosional impact yang dimiliki oleh video, di mana ia mampu secara langsung sampai kepada sisi penyikapan personal dan sosial siswa. Membuat mereka tertawa terbahak-bahak (atau hanya tersenyum) karena gembira, atau sebaliknya menangis berurai air mata karena sedih. Dan lebih dari itu, menggiring mereka pada penyikapan seperti menolak ketidakadilan, atau sebaliknya pemihakan kepada yang tertindas.
Sebagai satu media komunikasi video/film dapat digunakan sebagai satu cara penyampaian pelajaran. Naim (1995) berpendapat sebagai satu media komunikasi, video/film dapat menyampaikan secara terperinci dan konkrit pesan-pesan pendidikan seperti pembelajaran isi kandungan kurikulum serta pembentukan sikap dan tingkah laku siswa. Disamping itu, video/film dapat digunakan untuk menonjolkan relitas kehidupan, dan membangkitkan emosi dan perasaan. Menurut Amla et al. (2000), video/film dilihat sebagai satu media yang dinamis yang dapat merangsang umpan balik luar dan dalam yang kadang-kadang memengaruhi psikologi seseorang. Selain itu video/film bisa digunakan untuk menyampaikan pesan pendidikan berkaitan moral pemimpin dan sikap pemimpin.
Rahardjo (1988) mengutip beberapa pengertian media yang disampaikan oleh beberapa ahli, yaitu sebagai berikut :
a. Information carrying technologies that can be used for instruction…the media of instruction, consequently are extensions of the teacher ( Wilbur Schramm, 1977).
b. Printed and audiovisual forms of communication and their accompanying technology ( NEA, 1969).
c. The physical means of conveying instructional content…books, films, videotapes, slide-tapes, etc (Leslie J. Briggs, 1977)
Dari ketiga pendapat tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa:
a. Media merupakan wadah dari pesan yang oleh sumber atau penyalurnya ingin diteruskan kepada sasaran atau penerima pesan tersebut.
b. Materi yang ingin disampaikan adalah pesan pembelajaran, dan bahwa tujuan yang ingin dicapai adalah terjadinya proses belajar mengajar.
3. Contoh kemampuan terbatas yang diharapkan
Film disebut juga gambar hidup (motion pictures), yaitu serangkaian gambar diam (still pictures) yang meluncur secara cepat dan diproyeksikan sehingga menimbulkan kesan hidup dan bergerak. Film merupakan media yang menyajikan pesan audiovisual dan gerak. Oleh karenanya, film memberikan kesan yang impresif bagi pemirsanya.
Menurut Gagne (1985) media film dengan suara dapat dikaitkan dengan kemampuannya memenuhi fungsi menurut tingkat hirarki belajar yang dikembangkan, yaitu: pelontar stimulus belajar, memberi kondisi eksternal, menuntun cara berfikir, memasuk-alihkan ilmu, menilai prestasi, dan memberi umpan balik. Film dapat mempengaruhi penonton dengan memberikan pesan-pesan yang bernilai moral (moral value). Dengan nilai tersebut dapat ditiru oleh penonton atau peserta didik sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat mempengaruhi peserta didik dalam bersikap.
Dalam bidang otomotif banyak materi yang bisa disampaikan melalui film, sehingga dapat menambah pemahaman peserta didik dalam pembelajaran. Contoh pemahaman terbatas yang diharapkan yaitu apabila dijelaskan tentang pembongkaran kepala silinder oleh pendidik melalui film bersuara maka diharapkan pada saat praktek peserta didik dapat melakukan pembongkaran kepala silinder tersebut setidaknya mirip dengan apa yang diajarkan dalam film dengan suara.
Luaran yang diharapkan dari pembelajaran film dengan suara adalah peserta didik dapat bersikap sesuai dengan yang diajarkan oleh pendidik melalui film dengan suara tersebut. Dengan ketentuan, film yang ditampilkan sesuai dengan standart pendidikan dan apabila berkenaan dengan dunia keteknikan maka harus sesuai dengan standart yang ditetapkan. Contoh standart ISO.
4. Isyarat Eksternal
Film dengan suara berfungsi untuk memberikan isyarat eksternal kepada peserta didik. Pemberikan isyarat eksternal oleh film dengan suara hampir mirip dengan kemampuan terbatas yang diharapkan. Isyarat eksternal dari sebuah film dengan suara lebih cenderung pada amanat atau pesan moral yang disampaikan dalam film tersebut.
(dilanjutke dicari penguatan argumen dgn sumber yang bagus)
5. Tuntutan Cara Berpikir
Media film dengan suara memiliki tujuan sebagai penuntun cara berfikir peserta didik. Media Film dengan suara mempunyai beberapa tujuan antara lain :
a) Film sebagai tujuan psikomotorik
Film merupakan media yang tepat untuk memperlihatkan contoh keterampilan yang menyangkut gerak. Dengan alat ini dapat diperjelas, baik dengan cara dipercepat atau diperlambat. Tujuannya adalah mengajarkan koordinasi antara alat tertentu seperti memanjat, berenang, dan lain-lain. Dengan film siswa dapat langsung mendapat umpan balik secara visual terhadap kemampuan mereka mencocokan keterampilan yang menyangkut gerakan tadi. Dengan menggunakan film, kita dapat menunjukkan kembali gerakkan tertentu. Gerakan yang ditunjukkan itu dapat berupa rangsangan yang serasi atau berupa respon yang diharapkan oleh siswa. Umpannya : program pendek yang memperliatkan interaksi orang-orang. Dengan melihat program ini siswa dapat melihat apa yang harus atau jangan dilakukan, sehingga dapat membedakan antara hal yang baik dan benar dalam film yang sudah ditampilkan secara spontan.
b) Film sebagai tujuan afektif
Film merupakan media yang ampuh untuk mempengaruhi sikap dan emosi. Selain itu film juga merupakan media yang baik untuk menyampaikan informasi dalam matra afektif.
6. Alih Kemampuan
Media Film dengan suara mempunyai fungsi alih kemampuan peserta didik yang terbatas. Salah satu dari beberapa studi yang menunjukkan kelebihan film dalam menolong siswa menerapkan pengertian konseptual kesuatu situasi permasalahan, adalah yang dilakukan oleh Nelson ( 1952 ) mengatakan bahwa pada saat ujian keseluruhan diakhir bagian, kelompok yang menggunakan film terbukti secara signifikan lebih baik dibandingkan kelompok yang tidak menggunakkan film dalam hal mengingat ( retention ). Sehingga dapat disimpulkan bahwa tanpa adanya efek dari gambar bergerak dan suara atau bahkan hanya terdapat suara atau gambarnya saja yang ditampilkan didalam film tadi maka siswa akan kesulitan dalam mengingatnya.
Karena film dengan suara cenderung menstimulasi peserta didik untuk melakukan kegiatan sebagai penunjak teori dengan melakukan praktek sama seperti apa yang dilihat oleh peserta didik di film dengan suara.
7. Penilaian Hasil
Film dengan suara menunjang penilaian hasil. Ditinjau dari sudut bahasa, penilaian diartikan sebagai proses menentukan nilai suatu objek. Untuk dapat menentukan suatu nilai atau harga suatu objek diperlukan adanya ukuran atau kriteria. Dengan demikian penilaian adalah proses memberikan atau menentukan nilai kepada objek tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu. Dalam penilaian Pendidikan, mencangkup tiga sasaran utama yakni program pendidikan, proses belajar mengajar dan hasil-hasil belajar.
1) Penilaian Hasil Belajar
Sudjana (2005) juga mengatakan bahwa penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu. Hal ini mengisyaratkan bahwa objek yang dinilainya adalah hasil belajar siswa.
Hasil belajar siswa pada hakikatnya merupakan perubahan tingkah laku setelah melalui proses belajar mengajar. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian luas mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotorik. Penilaian dan pengukuran hasil belajar dilakukan dengan menggunakan tes hasil belajar, terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran.
Menurut Woordworth (dalam Ismihyani 2000), hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku sebagai akibat dari proses belajar. Woordworth juga mengatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan aktual yang diukur secara langsung. Hasil pengukuran belajar inilah akhirnya akan mengetahui seberapa jauh tujuan pendidikan dan pengajaran yang telah dicapai.
Dari penjelasan beberapa ahli, dapat diambil kesimpulan bahwa belajar pada hakekatnya adalah proses perubahan perilaku siswa dalam bakat pengalaman dan pelatihan.
2) Tujuan Penilaian Hasil Belajar Sudjana (2005) mengutarakan tujuan penilaian hasil belajar sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan kecakapan belajar siswa sehingga dapat diketahui kelebihan dan kekurangannya dalam berbagai bidang studi atau mata pelajaran yang ditempuhnya. Dengan pendeskripsian kecakapan tersebut dapat diketahui pula posisi kemampuan siswa dibandingkan dengan siswa lainnya.
2. Mengetahui keberhasilan proses pendidikan dan pengajaran
di sekolah, yakni seberapa jauh keefektifannya dalam mengubah tingkah laku siswa ke arah tujuan pendidikan yang diharapkan.
3. Menentukan tindak lanjut hasil penilaian, yakni melakukan
perbaikan dan penyempurnaan dalam hal program pendidikan dan pengajaran serta sistem pelaksanaannya.
4. Memberikan
pertanggungjawaban (accountability) dari pihak sekolah kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
3) Fungsi Penilaian
Fungsi Penilaian Penilaian mempunyai sejumlah fungsi di dalam proses belajar mengajar, yaitu:
a. Sebagai alat guna mengetahui apakah siswa talah menguasai pengetahuan, nilai-nilai, norma-norma dan keterampilan yang telah diberikan oleh guru.
b. Untuk mengetahui aspek-aspek kelemahan peserta didik dalam melakukan kegiatan belajar.
c. Mengetahui tingkat ketercapaian siswa dalam kegiatan belajar.
d. Sebagai sarana umpan balik bagi seorang guru, yang bersumber dari siswa.
e. Sebagai alat untuk mengetahui perkembangan belajar siswa.
f. Sebagai materi utama laporan hasil belajar kepada para orang tua siswa.
8. Umpan Balik
Media Film dengan suara menimbulkan umpan balik kepada peserta didik. Pada saat siswa sudah mampu melaksanakan tugas gerak dan memiliki pemahaman tentang apa yang sudah dilakukannya, maka pada saat itu guru tidak harus memberikan tantangan sebab siswa telah belajar sesuatu yang sesuai dengan tujuan dan harapan guru. Sebagai penggantinya, pada saat itu guru dapat memberikan umpan balik (feedback) yaitu sebagai salah satu upaya mengobservasi siswa berkaitan dengan bagaimana ia melakukan aktivitas serta apa yang harus dilakukan guru untuk meningkatkan kemampuan siswa itu (Adang Suherman, 1998:124).
Manfaat umpan balik bagi guru, dapat dipergunakan dalam mengambil keputusan, apakah mata pelajaran yang telah dilaksanakan perlu diperbaiki atau dilanjutkan (Cooper, 1982:8) dan bagi siswa akan meningkatkan prestasi belajar secara konsisten (Blocks, J.H., 1971:36). Beberapa keuntungan penggunaan umpan balik menurut Adang Suherman (1998:124) antara lain sebagai berikut:
a. Mendorong siswa untuk terus berlatih. Proses pemberian umpan balik kepada siswa secara tidak langsung akan memberi tahu siswa bahwa latihannya selalu dilihat dan diperhatikan oleh gurunya.
b. Mencerminkan perilaku guru yang efektif. Dalam prosesnya, umpan balik hanya akan diperoleh apabila guru aktif selama kegiatan pembelajaran. Guru harus selalu memperhatikan siswa, bergerak untuk memantau dan mengamati aktivitas belajar yang dilakukan oleh setiap siswa di sekitar tempat belajar (berlatih).
c. Membantu siswa untuk menilai penampilan (kemampuan) yang tidak bisa dilihat dan dirasakannya sendiri
d. Mendorong guru untuk menilai seberapa relevansi antara aspek-aspek pembelajaran dengan tingkat kemampuan siswa dalam menguasai tugas gerak (bahan ajar) seperti yang diinginkan oleh gurunya.
Beberapa ahli juga telah mengungkapkan berbagai fungsi umpan balik sesuai dengan konsep dan konteksnya masing-masing diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Fungsi feedback adalah memberikan motivasi, reinforcement (Harsono, 1988:89) atau punishment (Rusli Lutan, 1988; Apruebo, 2005). Dengan diperolehnya gambaran yang kongkrit perihal kemampuan yang dimiliki oleh seorang siswa, baik keunggulan maupun kelemahannya apalagikalau dibandingkan dengan siswa yang lainnya, maka hal itu akan dapat memacunya lagi untuk berbuat yang lebih baik dari yang sudah dilakukannya. Dengan kata lain, gambaran kemampuan yang dimiliki seorang siswa akanmenjadi daya dorong apabila guru penjas mampu menyampaikannya dengan tepat melalui pemberian stimulus agar siswa semakin rajin berlatih.
b. Menurut Apruebo (2005:100) umpan balik juga merupakan penguatan (reinforcement). Ia mengatakan bahwa “Reinforcement means any event that increase the probability that a particular response will reoccur under similar consequences”. Reinforcement maksudnya adalah pemberian penguatan atas kejadian atau aktivitas yang telah dilaksanakan sehingga aktivitas tersebut tetap mampu dipertahankan atau memberikan respons yang serupa dan pada aktivitas berikutnya dapat meningkat lagi.
Dalam hal pemberian reinforcement Weinberg dan Gould (1995:137) mengemukakan “Reinforcement is the use of reward and punishment that increase or decrease the likelihood of similar response occurring in the future”. Bahwareinforcement yang diberikan dapat menggunakan bentuk-bentuk penghargaan atau hukuman yang mungkin sekali dapat meningkatkan atau menurunkan respons serupa yang terjadi pada masa berikutnya. Maksudnya bahwa pemberian penghargaan dan hukuman akan dapat memperkuat hasil belajar siswa atau jugadapat menurunkan bahkan merusak hasil belajar siswa apabila pemberian penghargaan dan hukuman itu tidak sesuai.
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
Berdasarkan atas beberapa fungsi media pembelajaran yang dikemukakan oleh para ahli, dapat disimpulkan bahwa penggunaan media dalam kegiatan belajar mengajar memiliki pengaruh yang besar terhadap alat-alat indera. Penggunaan media akan lebih menjamin terjadinya pemahaman dan retensi yang lebih baik terhadap isi pelajaran. Media pembelajaran juga mampu membangkitkan dan membawa pebelajar ke dalam suasana rasa senang dan gembira, di mana ada keterlibatan emosianal dan mental. Tentu hal ini berpengaruh terhadap semangat mereka belajar dan kondisi pembelajaran yang lebih “hidup”, yang nantinya bermuara kepada peningkatan pemahaman pebelajar terhadap materi ajar. Jadi, sasaran akhir penggunaan media adalah untuk memudahkan belajar, bukan kemudahan mengajar (Degeng, 2001).
Pembelajaran merupakan kegiatan interaktif dan timbal balik antara pendidik dan peserta didik. Untuk mencapai kompetensi yang diharapkan maka seorang pendidik seharusnya menyiapkan berbagai kebutuhan sebalum mengajar termasuk kebutuhan setelah mengajar. Merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran merupakan kegiatan wajib yang harus dilakukan oleh guru. Dengan demikian guru dapat berkreasi dan berinovasi pada kelasnya dengan teori yang mendasari proses pembelajaran tersebut. Tujuan dari pembelajaran adalah untuk membantu siswa untuk memahami konsep utama pada suatu topik atau mata pelajaran. Kemampuan berpikir merupakan faktor penting dalam proses pembelajaran siswa. Kemampuan berpikir seseorang dapat dikembangkan melalui belajar, bertanya pada diri sendiri, memiliki keinginan untuk menghasilkan sesuatu yang baru, berkemauan memanfaatkan sesuatu yang ada di sekitar, sehingga menghasilkan sesuatu yang berguna bagi dirinya maupun bagi orang lain.
Pemanfaatan media dalam pembelajaran dapat membangkitkan keinginan dan minat baru, meningkatkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan berpengaruh secara psikologis kepada siswa (Hamalik, 1986). Selanjutnya diungkapkan bahwa penggunaan media pengajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian informasi (pesan dan isi pelajaran) pada saat itu. Kehadiran media dalam pembelajaran juga dikatakan dapat membantu peningkatan pemahaman siswa, penyajian data/informasi lebih menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan memadatkan informasi. Jadi dalam hal ini dikatakan bahwa fungsi media adalah sebagai alat bantu dalam kegiatan belajar mengajar.
DAFTAR PUSTAKA
Degeng, N. S. 2001. Media Pembelajaran. Dalam kumpulan makalah PEKERTI (Pengembangan Keterampilan Instruntur) untuk Quatum Teaching. Karya tidak diterbitkan.
Gagne, R. M. 1985. The Condition of Learning and Theory of Instruction, 4th ed. New York: CBS College Publishing.
Hamalik, O. 1994. Media Pendidikan, cetakan ke-7. Bandung: Penerbit PT. Citra Aditya Bakti.
Media dalam Pembelajaran Penelitian Selama 60 Tahun, Gene L. Wilkinson, 1984, Jakarta : CV. Rajawali.
Pemilihan dan Pengembangan Media untuk Pembelajran, Ronald H. Anderson, 1987, Jakarta : CV. Rajawali.
http://edukasi.kompasiana.com/2013/05/08/stimulus-and-respon 5_54073.html. Diunduh pada hari Jumat, tanggal 25 april 2014
http://blog.uin-malang.ac.id/jokopurwanto/2011/04/25/penggunaan-video-sebagai-media-pembelajaran/. Diunduh pada hari Jumat, tanggal 25 april 2014
http://sttn-batan.ac.id/content/view/99/53/HTML. Diunduh pada hari Sabtu, tanggal 26 april 2014
http://www.abyfarhan.com/2011/12/penilaian-proses-dan-hasil-belajar.html. Diunduh pada hari Sabtu, tanggal 26 april 2014
http://file.upi.edu/Direktori/FPOK/JUR._PEND._OLAHRAGA/197409072001121-DIDIN_BUDIMAN/pedagogi_olahraga/UMPAN_BALIK.pdf. Diunduh pada hari Sabtu, tanggal 26 april 2014
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/CH.%20Fajar%20Sri%20Wahyuniati,%20S.Pd.,%20M.Or./UMPAN%20BALIK%20%28FEEDBACK%29,%20Materi%2011.pdf. Diunduh pada hari Sabtu, tanggal 26 april 2014.
Rahardjo. 1988. Media pembelajaran, CV. Rajawali, Jakarta
Siyamta. Desember 2013. Ranah Kognitif Dalam Pembelajaran. https://www.academia.edu/5660348/Ranah_Kognitif_Dalam_Pembelajaran_Domain_Kognitif_Bloom_Instructional_Taxonomies_Bloom_Ausubel_Anderson_Merril_und_Reigeluth. Universitas Negeri Malang. Diunduh pada hari Minggu tanggal 27 april 2014.,
Teguh Trianton. Cetakan Pertama, 2013. FILM Sebagai Media Belajar. https://www.academia.edu/4927731/Film_Sebagai_Media_Belajar. Jogjakarta: Graha Ilmu. Diunduh pada hari Minggu, tanggal 27 april 2014.
Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. Film Suara. http://id.wikipedia.org/wiki/ Film suara/Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.html. diunduh pada hari Sabtu, tanggal 26 april 2014
Yudhi Munandi. 2013. Media Pembelajaran. Jakarta: Referensi GP Group.
0 komentar:
Posting Komentar
masukan dari pembaca sangat saya harapkan..
silahkan comment :)