Banyak
orang yang mempunyai kesempatan untk berbakti kepada orang tua, tetapi tidak
pernah ia gunakan dengan baik. Sebaliknya banyak orang yang ingin berbakti
kepada orang tua tetapi mereka tidak memiliki kesempatan. Bagi yang belum
pernah merasakan nikmat dan indahnya berbakti kepada orang tua, bagi yang belum
maksimal berbakti kepada mereka. Ketauhilah…bahwa ternyata dalam usaha untuk melaksanakan
bakti terdapat seni.
Seni
bagaimana bertutur kata yang baik…mencari kata-kata yang tidak menyakiti orang
tua. Seni bagaimana membuat orang tua selalu tersenyum bahkan kalau bisa
tertawa riang gembira. Seni bagaimana menahan rasa ingin makanan dan minuman
yang tersedia karena dikira orang tua juga menginginkannya. Seni bagaimana
berusaha mencari makanan dan minuman yang diinginkan oleh orang tua, meskipun
terkadang harus kepanasan, kehujanan. Seni bagaimana lebih mendahulukan mereka
dibandingkan anak dan istri tanpa menelantarkan anak dan istri. Seni bagaimana
menjaga perasaan orang tua. Seni bagaimana bersikap tawadhu’ di depan orang
tua. Seni ketika menafkahi orang tua, bagaimana kita harus lebih beriman kepada
janji Allah Ta’ala dalam hal memberikan nafkah, meskipun terkadang kita dalam
keadaan sulit dan kepepet. Seni bagaimana agar orang tua tidak malu menerima
pemberian kita, anaknya.
Dari sinilah akhirnya, semoga kita lebih memahami:
1. Kenapa Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam menyuruh seseorang lebih mendahulukan berbakti kepada
orang tuanya dibandingkan berjihad ( sebagaimana dalam hadits riwayat Bukhari)
عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عَمْرٍو رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُمَا يَقُولُ ( جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ فَاسْتَأْذَنَهُ فِي الْجِهَادِ فَقَالَ أَحَيٌّ وَالِدَاكَ قَالَ
نَعَمْ قَالَ فَفِيهِمَا فَجَاهِدْ ).
Artinya: “Abdullah bin Umar
radhiyallahu ‘anhuma berkata; “Pernah seseorang mendatangi Nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi wasallam lalu ia minta izin untuk berjihad, Lalu Beliau
bertanya: “Apakah kedua orang tua masih hidup?” Orang itu menjawab:”Iya”.
Beliau bersabda: “Berjihadlah dalam mengurus keduanya.” HR. Bukahri.
2. Kenapa Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam memerintahkan seseorang untuk tetap diam bersama ibunya,
karena pada kedua kaki ibunya terdapat surga.
عَنْ مُعَاوِيَةَ بْنِ جَاهِمَةَ، أَنَّ جَاهِمَةَ رَضِيَ
اللَّهُ عَنْهُ، أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ:
إِنِّي أَرَدْتُ أَنْ أَغْزُوَ فَجِئْتُ أَسْتَشِيرُكَ. قَالَ: «أَلَكَ
وَالِدَةٌ؟» قَالَ: نَعَمْ، قَالَ: «اذْهَبْ فَالْزَمْهَا، فَإِنَّ الْجَنَّةَ
عِنْدَ رِجْلَيْهَا» هَذَا حَدِيثٌ صَحِيحُ الْإِسْنَادِ وَلَمْ يُخَرِّجَاهُ.
Artinya: “Mu’awiyah bin Jahimah
meriwayatkan bahwa Jhimah radhiyallahu ‘anhu pernah mendatangi Nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi wasallam, ia berkata: “Sungguh aku ingin berperang, dan aku
datang meminta petunjuk kepada engkau?”, beliau bersabda: “Apakah kamu memiliki
ibu?”, ia menjawab: “Iya”, beliau bersabda: “Pergilah dan tinggallah
bersamanya, karena sesungguhnya surga pada kedua kakinya.” HR. Al Hakim,
beliau berkata: “Hadits ini adalah yang shahih sanadnya dan belum disebutkan
oleh kedua imam (Yaitu Imam Bukhari dan Muslim).
3. Kenapa Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam memerintahkan seorang pemuda yang telah membuat ibunya
menangis untuk kembali membuatnya tertawa.
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو
قَالَ ( أَتَى رَجُلٌ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ
يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّي جِئْتُ أُرِيدُ الْجِهَادَ مَعَكَ أَبْتَغِي وَجْهَ
اللَّهِ وَالدَّارَ الْآخِرَةَ وَلَقَدْ أَتَيْتُ وَإِنَّ وَالِدَيَّ
لَيَبْكِيَانِ قَالَ فَارْجِعْ إِلَيْهِمَا فَأَضْحِكْهُمَا كَمَا أَبْكَيْتَهُمَا
).
Artinya: “Abdullah bin ‘Amr berkata:
“Seseorang pernah mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, ia
berkata: Wahai Rasulullah, sungguh aku datang ingin berjihad bersama, aku
berharap wajah Allah dan kehidupan ahirat, dan aku telah datang dalam keadaan
kedua orang tuaku benar-benar menangis?”,
beliau menjawab: “Kalau begitu,
kembalilah kepada keduanya, buatlah mereka berdua tertawa sebagaimana kamu
telah membuat mereka berdua menangis.” HR. Ibnu Majah, Abu Daud dan An Nasai.
Sumber : Ustadz Ahmad Zainuddin, Lc. 10 April 2013. http://muslim.or.id/category/akhlaq-dan-nasehat.
diakses pada hari Senin, 17 Juni 2013.
0 komentar:
Posting Komentar
masukan dari pembaca sangat saya harapkan..
silahkan comment :)