Selamat datang

Pages

Rabu, 07 Mei 2014

MANFAAT PENDIDIKAN KESEHATAN JASMANI BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS


MANFAAT PENDIDIKAN KESEHATAN JASMANI
BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
DISUSUN OLEH :
NAMA            : RIRIN ROHMA WIJAYANTI
NIM                : K2512062

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS
 MATA KULIAH OLAHRAGA KESEHATAN DENGAN DOSEN PENGAMPU: MATSURI, M.PD.,
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK MESIN
 SEMESTER I FKIP UNS
 TAHUN 2012


BAB I
PENDAHULUAN
     I.          LATAR BELAKANG MASALAH
Berdasarkan pasal 31 ayat 1 UUD 1945 menyatakan bahwa “Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran”. Ayat ini memiliki beberapa implikasi terhadap pembangunan dalam bidang pendidikan, antara lain adalah: (1) karena pengajaran merupakan hak warga negara, maka ada suatu kewajiban (dari pemerintah, masyarakat, dan lain-lain) untuk memenuhi kebutuhan tersebut; dan (2) karena pengajaran merupakan hak warga negara, maka tidak ada deskriminasi atau pembedaan bagi tiap warga negara dalam mendapatkan pengajaran. Untuk itu, semua anak termasuk anak dengan kebutuhan khusus, maka sama-sama memiliki hak yang sama dalam memperoleh pengajaran. Implikasinya adalah bagaimana bentuk dan upayanya dalam memberikan pelayanan yang adil dan fair terhadap semua anak.
Anak adalah titipan tuhan yang harus kita jaga dan kita didik agar ia menjadi manusia yang berguna dan tidak menyusahkan siapa saja. Secara umum anak mempunyai hak dan kesempatan untuk berkembang sesuai potensinya terutama dalam bidang pendidikan. Namun seringkali kita melihat perkembangan prestasi anak yang ternyata tergolong memiliki bakat istimewa. Setiap individu hendaknya mendapat kesempatan dan pelayanan untuk berkembang secara optimal sesuai dengan kemampuan, kecerdasan, bakat, minatnya, latar belakang dan lingkungan fisik serta sosial masing-masing siswa maka kemajuan belajar siswa yang setingkat (sekelas) mungkin tidak sama. Setiap anak dipercaya memiliki bakat sendiri-sendiri. Namun bakat anak ini tidak bisa langsung terlihat begitu saja. Karenanya orang tua harus mengenali dan memahami bakat yang dimiliki anaknya. Dengan memahami bakat anak, akan lebih mudah dan terarah dalam mengembangkannya.


   II.          RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah dari makalah ini yaitu :
1.      Memahami bagaimana cara pengembangan bakat yang dimiliki anak berkebutuhan khusus,
2.      Memahami jenis dan karakteristik anak berbakat yang dihadapi anak,
3.      Memahami cara pengembangan bakat anak Berkebutuhan khusus,
4.      Memahami bagaimana Mengembangkan bakat olahraga pada anak berkebutuhan khusus.















BAB II
KAJIAN TEORI
Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) adalah anak yang mengalami kelainan sedemikian rupa baik fisik, mental, sosial maupun kombinasi dari ketiga aspek tersebut, sehingga untuk mencapai potensi yang optimal ia memerlukan Pendidikan luar biasa(PLB). PLB merupakan pendidikan yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan pendidikan ABK. Adapun yang dirancang dalam PLB adalah kelas, program dan layanannya. Sehingga PLB dapat diartikan juga sebagai Spesial kelas, program atau layanan yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan pendidikan Anak luar biasa. ABK bisa memiliki masalah dalam sensorisnya, motoriknya, belajarnya, dan tingkahlakunya. Semua ini mengakibatkan terganggunya perkembangan fisik anak. Hal ini karena sebagian besar ABK mengalami hambatan dalam merespon rangsangan yang diberikan lingkungan untuk melakukan gerak, meniru gerak dan bahkan ada yang memang fisiknya terganggu sehingga ia tidak dapat melakukan gerakan yang terarah dengan benar.
Di satu sisi, Anak luar Biasa harus dapat mandiri, beradaptasi, dan bersaing dengan orang normal, di sisi lain ia tidak secara otomatis dapat melakukan aktivitas gerak. Secara tidak disadari akan berdampak kepada pengembangan dan peningkatan kemampuan fisik dan keterampilan geraknya. Pendidikan jasmani bagi ABK disamping untuk kesehatan juga harus mengandung pembetulan kelainan fisik.
PENGEMBANGAN BAKAT OLAHRAGA
PADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
  1. Pengertian
Anak Berbakat Bakat merupakan talenta untuk membangun kekuatan pribadi anak di masa mendatang. Kesadaran akan sisi kekuatan seorang anak perlu digali dengan bantuan orang tua. Kesadaran akan pentingnya mengembangkan sisi kekuatan anak-anak ini tampaknya sangat disadari oleh orang tua dan pendidik yang membimbing siswa-siswa berkebutuhan khusus dalam mengolah pengetahuan dan ketrampilan mereka dalam bidang seni dan bidang olahraga.
  1. Kebutuhan belajar siswa berbakat.
Merujuk kepada konsep keberbakatan yang menggunakan perspektif yang lebih inklusif dan bersifat majemuk serta karakteritik umum yang dapat diidentifikasi maka kebutuhan belajar siswa berbakat secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua bagian besar yaitu:
1) kebutuhan dalam mengembangankan kemampuan intelektual dan kreatifitas,
2) kebutuhan dalam mengembangkan aspek sosial-emosional dan motivasi. Oleh karena itu pembelajaran bagi siswa berbakat seharusnya diarahkan untuk mengembangkan kedua hal tersebuat. Hal yang sering terabaikan dalam pembelajaran termasuk pembelajar siswa berbakat dalam hal pengembangan kreativitas dan sosial-emosional. Pembelajaran biasanya lebih banyak mengembangkan aspek intelektual. Hal ini dapat dimaklumi karena guru dalam melakukan pembelajaran sering terburu-buru dan kehabisan waktu untuk mengerjar terget kurikulum. Aspek kreativitas anak jarang tersentuh. Maka menjadi tidak mengherankan, jika pendidikan kita hanya menghasilkan siswa yang siap untuk ujian bukan siswa kreatif yang siap mengahadapi tantangan hidup. Strategi Pembelajaran yang Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kreatif.
 Oleh karena itu sangat penting untuk menginisiasi keterampilan berpikir kreatif ke dalam pembelajaran. Sehubungan dengan itu proses belajar bersifat aktif dalam menciptakan dan mencipta kembali pengetahuan melalui tindakan dalam lingkungan, sehingga pengetahuan menjadi milik orang yang belajar. Belajar bukan menerima pengetahuan dari guru melainkan mengkonstruksi sendiri pengetahuan oleh yang belajar. Siswa berbakat sering merasa bosan dalam mengerjakan tugas-tugas karena mereka menganggap tidak relevan dan tidak ada sesuatu yang baru yang dapat dipelajari. Oleh karena itu tugas-tugas untuk siswa yang mempunyai kemampuan tinggi diberikan dalam bentuk project work, baik individual project work maupun group project work, yang berhubgungan dengan pelajaran tertentu atau tugas yang berdiri sendiri. Tugas-tugas dalam bentuk projek work bersifat pemecahan masalah yang menantang. Tugas tidak diberikan dalam bentuk penyelesaian soal-soal yang bersifat tradisional.
  1. Pengembangan bakat Jalur Inklusi (Siswa berkebutuhan khusus) dalam
pembelajaran untuk tingkat sekolah mempertimbangakan pengembangan bakat keistimewaan kecerdasan dan bakat istimewa.
Untuk Kategori Bakat Istimewa (BI) :
a. Ruang kelas Bakat Istimewa (BI) berdiri sendiri yang khusus berisi anak-anak dengan layanan kebutuhan khusus yang proporsional fokusnya pada pengembangan seni dan olahraga (tidak dicampur dengan reguler) representatif.
b. Berisi minimal 16 siswa dan maksimal 24 siswa.
c. Ruang kelas hanya berisi siswa yang spesial mempunyai Bakat Istimewa (BI) dalam bidang seni (tari, musik, lukis) dan olahraga (Bola basket, Bola Volly, Futsal, Tenis Lapangan dll).
d. Sarana olahraga lengkap (area + fasilitas milik sendiri) khusus bidang olahraga meliputi: Bola Basket, Bola Volly, Tenis Lapangan, Futsal.
e. Sanggar seni lengkap khusus bidang tari (REYOG), Teather, seni lukis dan studio musik milik sendiri.
f. Setiap event atau kompetisi di bidang olah raga dan seni difasilitasi oleh sekolah (biaya bimbingan dan penghargaan). Target : Terbentuknya siswa-siswi yang mempunyai keunggulan seni-olahraga-kesantunan prilaku dan berprestasi dalam bidang tersebut.
  1. Upaya untuk pengembangan bakat anak berkebutuhan Khusus
Sekolah merupakan salah satu lembaga sosial yang diharapkan dapat membantu anak-anak mencapai prestasi pendidikan yang baik. Namun disamping sekolah orang tua memiliki peran yang sangat berarti dalam mengembangkan bakat anak. Peran pola asuh keluarga yang dilandasi kasih sayang, dan disertai pemberian stimulasi (perangsangan) yang cukup dan sesuai dipercaya dapat melahirkan anak-anak yang berbakat. Kerja sama antara sekolah dan orang tua sangat dibutuhkan. Para orang tua bagi anak-anak yang berprestasi tinggi memberikan pola asuh yang baik disertai kehangatan, selanjutnya para guru memberikan pelatihan yang baik.



Hal yang bisa dilakukan orangtua dirumah adalah sebagai berikut:
•Patoklah prestasi akademis yang tinggi namun realistis buat anak.
•Tanamkanlah rasa optimis kepada mereka bahwa mereka bisa mencapainya. •Bicara dan bermain dengan anak, untuk meningkatkan kemampuan komunikasi. •Berceritalah mengenai berbagai peristiwa yang sedang terjadi, apa saja yang
terjadi di lingkungan sekitar. Saat berbicara mengenai rutinitas harian Anda, jelaskan apa yang Anda lakukan dan mengapa
•Perhatikan apa yang mereka suka lakukan, seperti Menonjolkah ia dalam
olahraga tertentu? Bantu mereka mengembangkan kesukaan itu, dan cari tahu bagaimana mereka bisa mengikuti lomba di lingkungan sekitar atau di tingkat kota.
•Cari anggota keluarga yang bisa menjadi mentor membantu anak mengembangkan bakat mereka.
Hal yang harus diwaspadai oleh orang tua orang tua hendaknya waspada akan diri mereka apakah mereka memberikan respon sungguh terhadap kebutuhan anak ataukah hanya memberikan respon kepada bakat yang dimiliki anak. Tidak sedikit orang tua yang salah dalam hal ini yaitu adakalanya orang tua menyadari anak mereka berbakat lantas secara menggebu-gebu memaksa anakya mengikuti latihan-latihan dengan program yang sangat ketat. Dorongan seperti ini lambat laun akan membuat anak menyadari bahwa orang tua mereka lebih berminat pada bakat yang mereka miliki daripada memperhatikan kesejahteraan dan kebahagiaan diri mereka selaku anak-anaknya. Karenanya para orang tua serta pendidik harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
1. Dorongan, apalagi pemaksaan secara berlebihan pada anak dapat melunturkan motivasi anak untuk mengembangkan bakat mereka. Anak akan merasa tertekan, sakit hati, atau melakukan sesuatu hanya karena berharap memperoleh hadiah. Masa kecil mereka bahkan akan hilang sebagian.
2. Pujian yang berlebihan pada anak-anak usia muda atau menjadikan anak sebagai figur publik secara terus menerus merupakan bentuk eksploitasi terhadap anak bahkan cendrung melunturkan semangat anak untuk mengeksplorasi bakat mereka lebih lanjut.
3. Pujian yang berlebihan tanpa kendali emosi juga dapat membawa anak terbjebak ke dalam sikap lupa diri.
4. Para orang tua yang memiliki anak-anak berbakat hendaknya jangan terlalu berharap bahwa anak-anak tersebut kelak akan menjadi kreator, inventor atau inovator. Seorang anak yang berbakat sebagai seorang dokter tidak harus menjadi penemu serum tertentu tetapi dapat menjadi pelayan kesehatan yang sangat baik bagi masyarakat.
Dengan demikian, sebaiknya yang dapat dilakukan guru dan orang tua agar anak dapat berprestasi dengan cara menyenangkan adalah sebagai berikut:
(1) Orang tua dan guru harus menyadari bahwa setiap anak merupakan pribadi yang unik dan berbeda satu dengan yang lain. Perbedaan ini terjadi karena setiap anak mempunyai bakat, kemampuan, dan kebutuhan yang berbeda.
(2) Setiap anak pasti mempunyai salah satu dari sembilan kecerdasan yang diberikan Allah SWT. Bahkan, ada juga anak yang memiliki lebih dari satu kecerdasan. Kecerdasan itu adalah kecerdasan linguistik, matematika-logika, ruang-visual, musik, naturalis, interpersonal, intrapersonal, kemampuan olah tubuh, dan spiritual.
(3) Membantu anak untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya. Misalnya potensi fisik, iman, akhlak, ibadah, emosi, sosial, mental, dan keterampilan. Biarkan anak mengembangkannya seperti keinginannya, sedangkan orang tua mengarahkan saja.
(4) Sampaikan materi sesuai dengan kebutuhan, perkembangan, kemampuan dan bakat anak. Sampaikan materi secara efektif, yakni dengan bermain, bernyanyi, atau bercerita. Sesekali tinggalkan status orang tua yang melekat pada kita, misalnya berubah menjadi badut, tukang sulap, ilmuwan, atau sahabat bagi anak kita.
(5) Prestasi anak bukanlah prestasi untuk orang tuanya. Prestasi itu untuk diri anak itu sendiri. Orang tua cukup mengarahkan dengan benar dan membantu anak dengan cara-cara yang disukai anak, bukan dengan hukuman atau omelan yang bisa merusak hubungan harmonis anak dengan orang tua.


BAB III
KESIMPULAN
  1. SIMPULAN
Kesimpulan yang dapat dikemukakan adalah
 (1) Pendekatan pembelajaran pendidikan jasmani bagi anak dengan kebutuhan khusus belum menerapkan pendekatan pembelajaran dengan berbagai bentuk pembelejaran yang disesuaikan dengan kondisi tiap anak.
(2) Adanya keterbatasan parameter dalam mendiagnosis anak dengan kebutuhan khusus. Pada umumnya hanya didasarkan pada parameter medis.
(3) Baik sekolah reguler maupun sekolah bagi anak dengan kebutuhan khusus masih menerapkan paradigma bahwa semua anak dipandang sama kondisinya, belum mempertimbangkan dan memperhatikan kebutuhan tiap siswa.
(4) Penanganan pembelajaran bagi anak dengan kebutuhan khusus yang diselenggarakan di sekolah-sekolah, anak justru dipisahkan dari dunianya, yaitu dunia anak pada umumnya. Pendekatannya masih bersifat “Ekslusi” belum menerapkan pendekatan “Inklusi”.
(5) Selama ini pandangan masyarakat, orang tua, guru, atau orang-orang yang terlibat dalam pendidikan anak dengan kebutuhan khusus memiliki pandangan bahwa kecacatan bersifat “Kondisional” bukan “Situasional”, sehingga kecacatan yang melekat pada anak menjadi label yang tidak pernah lepas dari anak.
(6) Dalam menangani dan mendidik anak dengan kebutuhan khusus lebih banyak menekankan pada kebutuhan dan keinginan guru daripada kebutuhan dan keinginan anak.
(7) Penanganan pendidikan anak dengan kebutuhan khusus seringkali masih didekati dengan pendekatan yang bersifat parsial, yakni hanya didekati dengan sudut padang atau disiplin tertentu.
(8) Pembelajaran pendidikan jasmani hanya melibatkan keterampilan gerak kasar (Gross skill), yakni melibatkan otot-otot besar.
(9) Pembelajaran pendidikan jasmani yang diselenggarakan selama ini lebih menekankan pada pencapaian tujuan aspek fisik atau psikomotor.

  1. SARAN
Berdasarkan kesimpulan tersebut dapat diajukan beberapa saran,
(1) Perlunya penerapan pembelajaran dengan pendekatan inklusi, bukan eksklusi.
(2) Dalam mendiagnosis anak dengan kebutuhan khusus hendaknya didekati dari berbagai sudut pandang. Dengan pendekatan ini diharapkan akan diperoleh data yang akurat, sehingga dalam mengidentifikasi kekhususan maupun aspek lain juga akurat, dan sebagai akibatnya dalam penanganan pembelajarannya pun juga tepat.
(3) Perlunya sistem pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan tiap anak, yakni yang disesuaikan dengan karakteristik kekhususan dan latar belakang anak.

(4) Dari segi materi, program pendidikan jasmani bagi anak dengan kebutuhan khusus hendaknya tidak hanya menekankan aspek fisik atau psikomotor, tetapi yang berorientasi pada aspek-aspek lain, seperti aspek kognitif dan afektif.
(5) Perlunya dipersiapkan dan disusun program pembelajaran pendidikan jasmani yang bersifat variatif. Artinya program pembelajaran tersebut tidak hanya berisi aktivitas gerak yang melibatkan keterampilan gerak kasar, tetapi juga berisi keterampilan gerak halus.
(6) Melihat karakteristik kecacatan dan kompleksitas yang dihadapi anak dengan kebutuhan khusus, maka dalam menangani dan mendidik diperlukan tenaga pendidik yang khusus dan handal yang memiliki keahlian dalam bidang tersebut, bukan sekedar guru biasa, seperti halnya guru-guru di sekolah reguler.
(7) Perlunya dibangun persepsi yang sama dalam menangani dan mendidik anak dengan kebutuhan khusus, baik oleh keluarga, pemerintah, masyarakat, dan lembaga pendidikan.
Oleh karena itu, sosialisasi mengenai pendekatan penanganan dan pendidikan yang benar terhadap anak dengan kebutuhan khusus perlu dilakukan.




BAB IV
DAFTAR RUJUKAN
Abdullah, Arma. 1996. Pendidikan Jasmani Adapif. (Jakarta: Departemen Pendidikan Kebudayaan, Diretora Jenderal Pendidikan Tinggi, Proyek Pendidikan Tenaga Akademik.
Bucher, Charles A. 1979. Administration of Physical Education & Athletics Programs. St. Louis: The C.V. Mosby Company.
Pate, Russell R., Robert Rotella, and Bruce McClenaghan. 1984. Scientific Foundations of Coaching. New York: Saunders College Publishing.
Rejeski, W. Jack and Focht, Brian C.  2002. Aging and Physical Disability: On Integrating Group and Individual Counseling with the Promotion of Physical Activity.  Exercise and Sport Science Reviews,Volume 30. Number 4. October 2002 : The American Colleges of Sports Medicine.

­­________. 2011. Pengembangan Bakat Olahraga Pada Anak Berkebutuhan Khusus. http://tamamijaya.blogspot.com/2012/02/pengembangan-bakat-olahraga-pada-anak.html. ________: www.tamamijaya.blogspot.com, (Diakses hari Rabu,19 Desember 2012).

________. 2010. Pembelajaran Pendidikan Jasmani Bagi Anak dengan Kebutuhan Khusus: Tinjauan Terhadap Aspek-aspek yang belum Mendapat Penekanan. http://soulmindfaith.blogspot.com/2010/05/pembelajaran-pendidikan-jasmani-bagi.html,Senin, 17 Mei 2010. _______: http://soulmindfaith.blogspot.com, (Diakses hari Rabu,19 Desember 2012).


0 komentar:

Posting Komentar

masukan dari pembaca sangat saya harapkan..
silahkan comment :)